KARANGANYAR – Keluarga pendaki Lawu yang tewas Senin
(11/11/2013), tak memiliki firasat apapun saat Cipto, 60, meninggal
dunia saat mendaki Gunung Lawu. Cipto selama ini sudah tujuh kali
mendaki Gunung Lawu untuk ritual Lawu.
Anak almarhum, Triyono, mengatakan dia dan anggota keluarga lainnya
tak mendapat firasat apapun sebelum almarhum pergi mendaki Gunung Lawu.
Sebab, almarhum selalu melakukan ritual Sura di puncak Gunung Lawu
setiap tahun.
Selama ini, almarhum dan Saiman melakukan ritual Sura di Gunung Lawu
sebanyak tujuh kali. “Tak ada firasat apapun. Almarhum dan Pak Saiman
selalu mendaki Gunung Lawu untuk ritual Sura bahkan sudah tujuh kali,”
jelasnya.
Triyono mengaku sudah mengiklaskan kepergian almarhum Bapaknya untuk
selamanya.
Menurutnya, kejadian tersebut merupakan musibah dan kehendak
Allah SWT. Keluarganya dengan tabah dan berserah diri kepada Allah SWT
menerima cobaan tersebut.
Sementara rekan sekaligus tetangga almarhum, Saiman, menjelaskan
kondisi almarhum saat mendaki Gunung Lawu cukup sehat. Mereka mendaki
melalui jalur pendakian Cemara Kandang.
Lantaran faktor usia, pendakian dilakukan dengan santai sambil
menikmati panorama alam. Sesampai di sekitar pos tiga, almarhum meminta
istirahat karena kecapekkan. Kala itu, sandal almarhum terjatuh. Saat
hendak menggapai sandalnya yang terjatuh, almarhum terpeleset dan tutut
terjatuh.
Bagian muka almarhum terantuk tanah dan langsung pingsan. Siman
sempat memberikan pertolongan seadanya dengan memberi minyak kayuk putih
di sekujur tubuh Cipto. Namun, Cipto sudah tak bernyawa.
“Jenazah almarhum saya tutupi dengan mantel hujan. Saya langsung bergegas turun untuk mencari pertolongan,” terang Saiman.
Sumber : http://www.solopos.com/2013/11/12/pendaki-lawu-tewas-cipto-sudah-7-kali-jalani-ritual-sura-di-lawu-464787
Post a Comment