Banyumas - Sejak dua hari terakhir
selain mengeluarkan material vulkanik seperti debu dan pasir, Gunung
Slamet mulai meletupkan lava pijar. Meski demikian, lontaran lava pijar
tersebut belum membahayakan karena jaraknya hanya 100-200 meter dari
mulut kawah.
"Tidak semua gempa letusan membawa material lava
pijar yang secara visual terlihat dari bawah. Semakin kuat daya
letusnya, lava pijar akan terlihat," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto, Minggu (16/3/2014).
Letupan lava pijar mulai terlihat sejak Jumat malam. Biasanya akan nampak bersama letusan asap yang berwarna hitam pekat. Namun sejauh ini gunung tertinggi di Jawa Tengah itu lebih sering mengembuskan asap solfatara berwarna "Tidak semua gempa letusan membawa material lava pijar yang secara visual terlihat dari bawah. Semakin kuat daya letusnya, lava pijar akan terlihat," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto, Minggu (16/3/2014).
Letupan lava pijar mulai terlihat sejak Jumat malam. Biasanya akan nampak bersama letusan asap yang berwarna hitam pekat. Namun sejauh ini gunung tertinggi di Jawa Tengah itu lebih sering mengembuskan asap solfatara berwarna putih.
"Durasi letusan lava pijar tersebut juga sangat singkat, yakni berkisar 10-20 detik," ujarnya.
Lontaran lava pijar belum mempengaruhi status Gunung Slamet yang sejak sepekan terakhir dinaikkan dari aktif Normal (level I) menjadi Waspada (level II). Radius zona steril juga masih ditetapkan 2 km dari puncak karena wilayah tersebut adalah yang paling rawan dilanda lontaran material vulkanik.
Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat terjradi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, hari Minggu kemarin hanya tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke arah timur hingga setinggi 1 km.
Koordinator Pos Pendakian Gunung Slamet di Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga Sugeng Riyadi mengatakan letupan lava pijar biasanya terlihat saat malam hari.
"Sampai Sabtu malam sudah sekitar tiga kali terlihat. Namun, warga di sini (Bambangan) tidak panik karena hal mereka sering melihat hal itu pada 2009 lalu saat status Gunung Slamet Siaga," jelasnya.
Letupan lava pijar mulai terlihat sejak Jumat malam. Biasanya akan nampak bersama letusan asap yang berwarna hitam pekat. Namun sejauh ini gunung tertinggi di Jawa Tengah itu lebih sering mengembuskan asap solfatara berwarna "Tidak semua gempa letusan membawa material lava pijar yang secara visual terlihat dari bawah. Semakin kuat daya letusnya, lava pijar akan terlihat," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendrasto, Minggu (16/3/2014).
Letupan lava pijar mulai terlihat sejak Jumat malam. Biasanya akan nampak bersama letusan asap yang berwarna hitam pekat. Namun sejauh ini gunung tertinggi di Jawa Tengah itu lebih sering mengembuskan asap solfatara berwarna putih.
"Durasi letusan lava pijar tersebut juga sangat singkat, yakni berkisar 10-20 detik," ujarnya.
Lontaran lava pijar belum mempengaruhi status Gunung Slamet yang sejak sepekan terakhir dinaikkan dari aktif Normal (level I) menjadi Waspada (level II). Radius zona steril juga masih ditetapkan 2 km dari puncak karena wilayah tersebut adalah yang paling rawan dilanda lontaran material vulkanik.
Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat terjradi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, hari Minggu kemarin hanya tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke arah timur hingga setinggi 1 km.
Koordinator Pos Pendakian Gunung Slamet di Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga Sugeng Riyadi mengatakan letupan lava pijar biasanya terlihat saat malam hari.
"Sampai Sabtu malam sudah sekitar tiga kali terlihat. Namun, warga di sini (Bambangan) tidak panik karena hal mereka sering melihat hal itu pada 2009 lalu saat status Gunung Slamet Siaga," jelasnya.
Sumber : http://news.detik.com/read/2014/03/16/190137/2527320/10/
Post a Comment