SEBUAH spanduk ramping
terpasang memanjang dari atas ke bawah gedung perkuliahan Fakultas
Kedokteran Unhas. Spanduk itu memamerkan salah satu nama lembaga
kemanusiaan yang bergerak di bidang medis, Calcaneus. Spanduk itu
sekaligus jadi penanda bahwa lokasi sekretariat lembaga kemanusiaan ini
sudah sangat dekat.
Selang beberapa saat, koordinator
Hubungan Luar Tim Bantuan Medis (TBM) Calcaneus, Monareza Ristantia
Shirly, menghampiri penulis. Bersama rekannya, Indrawati A Talila,
keduanya mengajak penulis melihat langsung sekretariat mereka. Pun,
memberi informasi ihwal sejarah dan kiprah TBM ini.
Sebagian besar mahasiswa luar dan
masyarakat umum menilai Fakultas Kedokteran Unhas adalah fakultas yang
paling mewah nan "super elegan". Namun, saat penulis melihat langsung
sekretariat tersebut, tampak jelas nuansa kesederhanaan kebersahaajaan.
Sejumlah mahasiswa kedokteran terlihat
melepaskan lelah di lantai ruang yang berukuran sedang itu. Hanya
pendingin ruangan (AC) yang terlihat sudah tua yang layak disebut barang
mewah. Dinding sebelah kanan sekretariat juga terpajang foto-foto ketua
TBM Calcaneus dari masa ke masa.
Monareza Ristantia Shirly mengisahkan,
predisposisi dari terbentuknya TBM Calcaneus Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin adalah Pertemuan Nasional Tim Bantuan Medis
Fakultas Kedokteran se-Indonesia pada tahun 1990 di Semarang yang
diselenggarakan mahasiswa pecinta alam kedokteran (Mapadoks) Universitas
Islam Sultan Agung (Unissula).
Pertemuan tersebut dihadiri
organisasi-organisasi pecinta alam Fakultas Kedokteran se-Indonesia.
Sementara Fakultas Kedokteran Unhas sendiri pada saat itu belum
mempunyai unit Tim Bantuan Medis ataupun unit Pencinta Alam, sehingga
Fakultas Kedokteran Unhas mengirimkan beberapa mahasiswa yang mempunyai
minat di bidang kepecintaalaman sebagai utusan pada kegiatan tersebut.
Pertemuan tersebut, kata Mona,
sapaannya, mengedepankan kasus-kasus kegawatdaruratan medis yang sering
dihadapi di alam bebas dan butuh pertolongan dengan segera.
Mempertimbangkan latar belakang sebagai mahasiswa kedokteran yang juga
memiliki minat di bidang kepecintaalaman maka dipandang perlu untuk
mendirikan organisasi yang mewadahi minat tersebut.
Pada 10 Oktober 1992, Dekan Fakultas
Kedokteran Unhas saat itu, Prof Dr Junus Alkatiri, meresmikan Tim
Bantuan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan ketua pertama
yaitu Rochmat Yasin dan jumlah anggota aktif sebanyak 27 orang. Pada
saat Mubes II nama TBM FK Unhas diganti menjadi Tim Bantuan Medis (TBM)
Calcaneus.
Bendahara TBM Calcaneus, Indrawati A
Talila mengatakan, Calcaneus merupakan nama tulang tumit dan tulang
penopang. "Kita harapkan lembaga ini menjadi penopang bagi kemanusiaan.
Itu pula yang menjadi dasar pemikiran kenapa dinamakan TBM Calcaneus,"
jelas Indrawati.
Lembaga ini bergerak secara insidental.
Ketika terjadi bencana, lembaga ini pun segera turun tangan melengkapi
kebutuhan medis di lokasi bencana. "Di mana pun kapan pun kita siap
turun. Jika kami mendapatkan informasi terjadinya bencana, kami cek dulu
lokasinya, kemudian tim medis pun segera kami turunkan," ujar
Indrawati.
Mona menambahkan, perbedaan lembaga ini
dengan organisasi lain, adalah kekhususannya di bidang medis. Mereka
tidak bertugas dalam mencari orang hilang. Tetapi, lebih kepada bantuan
medis bagi korban bencana.
Jika ada bencana mereka yang menjadi
penopang melengkapi tim medis. Biasanya saat bencana terjadi, pemerintah
berkoordinasi dengan BPBD. "Tugas mereka adalah mengevakuasi. Sementara
kehadiran kami adalah melengkapi kebutuhan medis bagi para korban,"
kata dia.
Jumlah anggota TBM Calcaneus kini
mencapai 854 orang. Persaudaraan di antara para anggota pun sangat kuat,
bahkan lebih dari keluarga sendiri. "Anggota yang bukan pengurus lagi
bahkan tetap rajin ke sekretariat. Nama para pengurus dan anggota sejak
terbentuk sampai sekarang masih terdata dengan baik, Kak," ujar Mona.
Sumber : http://www.radartarakan.co.id/index.php/kategori/detail/Utama/48041
Post a Comment